A homepage subtitle here And an awesome description here!

Minggu, 20 Oktober 2019

Upaya Mencegah dan Menanggulangi Hipertensi dan Hipotensi

Penyebab Hipertensi/ Darah Tinggi
Hasil gambar untuk gambar hipertensi

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi. Ada faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak dapat dikendalikan. Ada juga yang dapat dikendalikan sehingga bisa mengatasi penyakit darah tinggi ini. Beberapa faktor tersebut antara lain:
a. Keturunan
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi. Jadi jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik.
b. Usia
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika usia seseorang bertambah, maka tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat mengharapkan bahwa tekanan darah Anda saat muda akan sama ketika Anda bertambah tua. Namun Anda dapat mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang normal.
c. Garam
Faktor ini bisa dikendalikan. Pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam, garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat. Untuk itu, bagi penderita-penderita tersebut diharapkan tidak mengkonsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung garam.
d. Kolesterol
Faktor ini bisa dikendalikan. Kolesterol akan tertimbun pada dinding pembuluh darah jika kandungan lemak dalam darah berlebihan. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat. Oleh karena itu, kendalikan kolesterol Anda sedini mungkin.
e. Obesitas/ Kegemukan
Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30 persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi. Perhitungan berat badan ideal.
f. Stres
Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu tekanan darah tinggi.
g. Rokok
Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.
h. Kafein
Faktor ini bisa dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh,maupun minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.
i. Alkohol
Faktor ini bisa dikendalikan. Menkonsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan tekanan darah tinggi.
j. Kurang Olahraga
Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Dengan olahraga secara teratur mampu menurunkan tekanan darah tinggi Anda. Namun, jangan melakukan olahraga yang berat jika Anda menderita tekanan darah tinggi.
Cara Mencegah dan Mengatasi Hipertensi/ Darah Tinggi
Berikut ini beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan untuk mencegah darah tinggi bagi Anda yang masih memiliki tekanan darah normal ataupun mengatasi darah tinggi bagi Anda yang sudah memiliki tekanan darah tinggi:
  • Kurangi konsumsi garam dalam makanan Anda. Jika Anda sudah menderita tekanan darah tinggi sebaiknya Anda menghindari makanan yang mengandung garam.
  • Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan kalsium. Kalium, magnesium dan kalsium mampu mengurangi tekanan darah tinggi.
  • Kurangi minuman atau makanan beralkohol. Jika Anda menderita tekanan darah tinggi, sebaiknya hindari konsumsi alkohol secara berlebihan. Untuk pria yang menderita hipertensi, jumlah alkohol yang diijinkan maksimal 30 ml alkohol per hari sedangkan wanita 15 ml per hari.
  • Lakukan olahraga secara teratur. Olahraga secara teratur bisa menurunkan tekanan darah tinggi. Jika Anda menderita tekanan darah tinggi, pilihlah olahraga yang ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, lari santai, dan berenang. Lakukan selama 30 hingga 45 menit sehari sebanyak 3 kali seminggu.
  • Perbanyak makan sayur dan buahyang berserat tinggi seperti sayuran hijau, pisang, tomat, wortel, melon, dan jeruk.
  • Lakukan terapi anti stres agar mengurangi stres dan Anda mampu mengendalikan emosi Anda.
  • Berhenti merokok juga berperan besar untuk mengurangi tekanan darah tinggi atau hipertensi.
  • Kendalikan kadar kolesterol Anda.
  • Kendalikan diabetes Anda.
  • Hindari obatyang bisa meningkatkan tekanan darah. Konsultasikan dan mintalah ke dokter Anda agar memberikan obat yang tidak meningkatkan tekanan darah.


Hipotensi Ortostatik

Hipotensi ortostatik adalah kondisi di mana penderitanya merasakan pusing ketika beranjak dari duduk atau berbaring. Kondisi tersebut muncul karena tekanan darah menurun, dan respons alami tubuh dalam mengembalikan tekanan darah menjadi normal mengalami gangguan.
Hipotensi ortostatik ringan umumnya hanya berlangsung selama beberapa menit. Apabila terjadi lebih lama, hal itu dapat menjadi tanda ada gangguan medis lain yang lebih diderita, seperti penyakit jantung. Bila tidak ditangani, dapat memicu munculnya kondisi lain, seperti stroke dan gagal jantung.
Hipotensi Ortostatik - alodokter

Gejala Hipotensi Ortostatik

Penderita hipotensi ortostatik akan mengalami pusing ketika beranjak dari duduk atau berbaring. Selain pusing, penderita hipotensi ortostatik juga dapat merasakan gejala lain, seperti:
  • Penglihatan kabur.
  • Badan terasa lemas.
  • Linglung.
  • Mual.
  • Pingsan.

Penyebab dan Faktor Risiko Hipotensi Ortostatik

Ketika seseorang beranjak dari duduk atau berbaring, darah dengan sendirinya akan mengalir ke kaki, sehingga mengurangi sirkulasi darah ke jantung dan menyebabkan penurunan tekanan darah. Normalnya tubuh memiliki respons alami dalam menangani kondisi tersebut. Namun pada penderita hipotensi ortostatik, respons alami tubuh dalam mengembalikan tekanan darah yang menurun tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Terdapat beberapa faktor yang diduga menyebabkan gangguan pada respons alami tubuh, terhadap menurunnya tekanan darah yang menimbulkan hipotensi ortostatik, yakni:
  • Ketidaknormalan fungsi jantung, seperti bradikardia, penyakit jantung koroner, atau gagal jantung.
  • Gangguan kelenjar endokrin, seperti penyakit Addison atau hipoglikemia.
  • Dehidrasi, misalnya akibat kurang minum air putih, demam, muntah, diare, dan berkeringat yang berlebihan.
  • Gangguan sistem saraf, seperti penyakit Parkinson atau multiple system atrophy.
  • Setelah makan. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien lanjut usia.
  • Penggunaan obat, seperti ACE inhibitors, angiotensin receptor blockers (ARB), dan penghambat beta.
Selain itu, terdapat pula beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hipotensi ortostatik, yaitu:
  • Berusia 65 tahun atau lebih. Terkadang tekanan rendah akibat hipotensi ortostatik juga dapat terjadi pada anak-anak.
  • Berada di lingkungan bersuhu panas.
  • Tidak beraktivitas atau bergerak dalam waktu yang lama, seperti ketika dirawat di rumah sakit (bed rest).
  • Sedang hamil.
  • Mengonsumsi minuman beralkohol.

Diagnosis Hipotensi Ortostatik

Dalam mendiagnosis hipotensi ortostatik, dokter akan melakukan pengamatan terhadap gejala yang muncul, riwayat penyakit, dan kondisi pasien secara menyeluruh. Dokter juga akan menggunakan serangkaian tes untuk memastikan kondisi sekaligus mencari tahu penyebabnya.
Beberapa tes yang digunakan untuk mendiagnosis hipotensi ortostatik meliputi:
  • Pemeriksaan tekanan darah. Tes ini menggunakan alat khusus yang disebut tensimeter. Dalam prosesnya, dokter akan memeriksa tekanan darah ketika pasien duduk dan berdiri, kemudian membandingkannya.
  • Tes darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh. Tes darah juga digunakan untuk mendeteksi hipoglikemia atau anemia yang dapat menjadi pemicu menurunnya tekanan darah.
  • Elektrokardiografi. Elektrokardiografi (EKG) menggunakan alat khusus berupa elektrode yang diletakkan di dada, kaki, dan tangan pasien. Alat tersebut berfungsi untuk mendeteksi aktivitas listrik dalam jantung.
  • Ekokardiografi. Ekokardiografi menggunakan gelombang suara (USG) untuk menghasilkan gambar kondisi jantung.
  • Stress test. Tes ini dilakukan ketika jantung bekerja lebih keras, seperti saat berolahraga (berlari di mesin treadmill), kemudian kondisi jantung pasien akan diamati menggunakan EKG atau ekokardiografi.
  • Tilt table test atau tes meja miring. Dalam prosesnya, pasien akan diminta untuk berbaring pada ranjang khusus yang dapat diputar. Setelah pasien berbaring, dokter akan memeriksa tekanan darah pasien pada posisi yang berbeda-beda.
  • Manuver valsalva. Dalam tes ini, pasien akan diminta untuk mengikuti gerakan yang diinstruksikan dokter. Hal itu bertujuan untuk memeriksa fungsi sistem saraf otonom, dengan menilai denyut jantung dan tekanan darah.

Pengobatan dan Pencegahan Hipotensi Ortostatik

Metode pengobatan yang dilakukan dapat berbeda pada tiap pasien, tergantung penyebab yang menyertainya. Jika pasien mengalami pusing saat berdiri, pasien dapat segera duduk atau tiduran untuk meredakan gejala. Untuk gejala hipotensi ortostatik yang muncul disebabkan karena penggunaan obat, akan lebih baik jika pasien segera berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat mengurangi dosis atau menganjurkan pasien untuk berhenti menggunakan obat.
Dokter juga dapat menganjurkan metode lain untuk menangani hipotensi ortostatik, seperti:
  • Stoking atau kaus kaki kompresi. Stoking kompresi berfungsi untuk mencegah penumpukan darah di kaki sehingga gejala hipotensi ortostatik yang muncul dapat berkurang.
  • Obat, seperti pyridostigimine. Dosis yang digunakan akan disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Selain metode di atas, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menangani, sekaligus mencegah hipotensi ortostatik. Di antarnya adalah:
  • Banyak minum air putih.
  • Hindari mengonsumsi minuman beralkohol.
  • Hindari tempat bersuhu panas.
  • Sandarkan kepala pada tempat yang lebih tinggi ketika berbaring.
  • Hindari menyilangkan kaki ketika duduk.
  • Ketika hendak berdiri, lakukanlah secara perlahan.
  • Perbanyak konsumsi garam jika Anda bukan penderita hipertensi.
  • Tidak makan dalam porsi yang berlebihan dan rendah karbohidrat, pada penderita hipotensi ortostatik yang timbul setelah makan.

Komplikasi Hipotensi Ortostatik

Hipotensi ortostatik yang telah diderita lama dan tidak mendapatkan penanganan, berisiko menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
  • Stroke.
  • Penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti gangguan irama jantung atau gagal jantung.


Upaya Mencegah dan Menanggulangi Anemia

Penyebab Penyakit Anemia

Hasil gambar untuk gambar anemia

Seseorang dikatakan menderita penyakit anemia karena jumlah sel darah merahnya di bawah normal. Kandungan sel darah merah dalam tubuh berbeda pada tiap orang, hal itu tergantung pada usia, jenis kelamin, tempat tinggal, kebiasaan merokok, dan status kehamilan. Lalu apa penyebab anemia, berikut faktornya:
  • Kurang asupan nutrisi pembentuk sel darah merah. Sel ini dibentuk oleh zat besi, vitamin B12, asam folat, dan vitamin C.
  • Pendarahan hebat. Hal ini bisa terjadi karena kecelakaan, persalinan atau pecahnya pembuluh darah.
  • Masalah sumsum tulang belakang. Salah satu contohnya anemia aplastik, suatu kondisi yang membuat sumsum tulang belakang tidak bisa memenuhi jumlah normal produksi sel darah merah. Anemia aplastik bisa disebabkan oleh inveksi virus, paparan bahan kimia, radiasi, antibiotik, obat antikejang atau dalam perawatan kanker.
  • Banyaknya sel darah merah yang hancur. Harusnya umur sel darah merah adalah 120 hari, tapi karena suatu hal, sel darah merah hancur lebih cepat. Kondisi ini disebut anemia hemolitik. Penyebabnya bisa dari thalasemia, defisiensi G6PD (umumnya sel darah normal memiliki bentuk seperti donat. Bentuk sel darah seperti sabit sulit untuk melewati pembuluh darah) dan anemia sel sabit (bentuk sel darah merah biasanya seperti donat. Karena berbentuk sabit jadi sulit untuk melewati pembuluh darah, apalagi pembuluh darah yang menyempit).
  • Kondisi tertentu. Beberapa kondisi tertentu menyebabkan seseorang mengalami anemia, seperti kondisi ibu hamil, gagal ginjal, infeksi parasit, dan leukimia. Ibu hamil membutuhkan lebih banyak zat besi dan gagal ginjal menyebabkan berkurangnya kompenen pembentuk sel darah merah yakni erythropoietin. Infeksi parasit, seperti adanya cacing tambang dalam tubuh yang menyerap darah. Leukimia (kanker darah) yang dapat menyebabkan mudahnya timbul pendarahan. Selain itu, ada beberapa kondisi tertentu yang menyebabkan sel darah merah berkurang atau hilang.

Gejala Penyakit Anemia 

Berikut tanda-tanda atau gejala penyakit anemia dalam tubuh :
  • Cepat lelah. Hal ini disebabkan kurangnya asupan oksigen akibat rendahnya jumlah sel darah merah, maka tubuh mudah terasa lelah.
  • Kelopak mata pucat. Salah satu cara mudah mendeteksi kurangnya sel darah merah adalah memperhatikan kelopak mata bagian bawah jika pucat berarti ada kemungkinan menderita anemia.
  • Detak jantung cepat atau tidak teratur. Hal ini disebabkan kurangnya oksigen yang mengalir dalam tubuh.
  • Sesak napas. Mudah terengah-engah saat melakukan aktivitas harian.
  • Mual. Saat bangun tidur, penderita anemia sering merasa mual.
  • Menurunnya kekebalan tubuh. Fungsi organ tubuh menjadi tidak maksimal karena kurangnya oksigen. Alhasil daya tahan tubuh menurun.
  • Rambut rontok, muka pucat, sakit kepala, ujung jari pucat, nyeri di dada, tangan dan kaki dingin, juga termasuk gejala dari anemia.
  • Lakukan pemeriksaan darah untuk memastikan apakah Anda mengidap penyakit anemia atau tidak.

Cara Mengatasi Penyakit Anemia 

Mencegah penyakit sejak dini dapat menurunkan risiko komplikasi di masa akan datang. Begitu pun dengan anemia, bila dicegah sejak dini akan mudah disembuhkan. Berikut ini sejumlah pencegahan penyakit anemia.
  1. Perbanyak makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, vitamin C, dan asam folat. Zat tersebut banyak terdapat pada daging, kacang, sayuran berwarna hijau, jeruk, pisang, sereal, susu, melon dan buah beri.
  2. Hindari minum kopi, teh, atau susu sehabis makan karena dapat mengganggu proses penyerapan zat besi dalam tubuh.
  3. Transfusi darah. Tambahan darah sesuai kebutuhan akan cepat mengembalikan jumlah sel darah merah dalam kondisi normal. Namun, setelah normal, pasien hendaknya menjaga agar terus stabil.
  4. Konsumsi suplemen. Pilih suplemen yang mengandung zat besi dan vitamin lengkap lainnya sebagai penunjang pembentukan sel darah merah. Namun jangan bergantung pada suplemen. Kandungan zat dalam suplemen biasanya lebih besar dari yang dibutuhkan tubuh sehingga menyebabkan kerja ginjal bertambah berat. Maka jika gejala anemia sudah hilang, lakukan pola hidup yang baik agar kesehatan ibu dan anak terjaga dan anemia tidak kambuh lagi.




Kamis, 17 Oktober 2019

Upaya Mencegah serta Menanggulangi Varises

Pengobatan dan Pencegahan Varises



Varises yang tergolong ringan umumnya tidak membutuhkan penanganan medis secara khusus, sehingga pengobatan dapat dilakukan di rumah. Namun, jika varises telah menimbulkan gejala atau menyebabkan komplikasi, maka tindakan medis mungkin perlu dilakukan. Metode pengobatan yang akan digunakan tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
  • Kondisi pasien secara keseluruhan
  • Ukuran dan posisi varises
  • Tingkat keparahan varises.
Pengobatan varises bertujuan untuk meredakan gejala, mengurangi tingkat keparahan, dan mencegah terjadinya komplikasi. Beberapa metode pengobatan varises yang dapat dilakukan adalah:
  • Terapi obat. Dokter akan memberikan obat antiperadangan, seperti asam mefenamat atau ibuprofen untuk meredakan rasa nyeri dan pembengkakan.
  • Pemakaian stoking. Terapi ini dilakukan dengan menggunakan stoking kompresi khusus untuk menangani varises. Stoking kompresi bekerja dengan cara memberi tekanan pada otot kaki dan vena sehingga aliran darah lebih lancar. Stoking ini juga dapat meredakan pembengkakan dan nyeri akibat varises. Dokter umumnya menganjurkan pasien untuk menggunakan stoking kompresi sejak pagi hari hingga menjelang tidur pada malam hari. Gunakan krim pelembap jika stoking kompresi menyebabkan kulit kering.
  • Prosedur khusus. Ada beberapa jenis prosedur yang dapat dilakukan untuk mengobati varises, yaitu:
    • Skleroterapi, yaitu metode pengobatan yang dilakukan dengan menyuntikkan cairan khusus ke dalam vena secara langsung, sehingga pembuluh darah menyusut atau mengempis. Metode ini juga dilakukan untuk meredakan nyeri dan mencegah komplikasi, seperti perdarahan vena dan ulkus. Selain dengan cairan khusus, skleroterapi juga dapat dilakukan dengan menyuntikkan zat yang menyerupai busa. Metode ini biasanya dilakukan untuk mengobati varises pada pembuluh vena berukuran besar. Dokter akan dipandu dengan USG ketika melakukan penyuntikkan.
    • Terapi laser. Metode pengobatan dengan menembakkan sinar laser ke arah pembuluh darah yang mengalami varises untuk mengecilkan dan menghilangkan varises tersebut. Terapi laser umumnya dilakukan jika varises berukuran kecil.
    • Terapi ablasi endotermal (radiofrekuensi). Prosedur pengobatan dengan menggunakan gelombang radio berfrekuensi tinggi yang diarahkan ke area varises. Dokter akan membuat sayatan kecil di dekat varises, kemudian memasukkan kateter kecil ke dalam vena. Perangkat di bagian ujung kateter akan memanaskan bagian dalam vena dan menutupnya. Setelah pembuluh vena tertutup, darah akan mengalir secara alami melalu pembuluh vena lain yang sehat.
    • Ambulatory phlebectomyDokter akan membuat sayatan kecil di kulit untuk menghilangkan varises berukuran kecil. Prosedur ini biasanya digunakan untuk menghilangkan varises yang dekat dengan permukaan kulit.
    • Transenduminated power phlebectomyProsedur pengobatan dengan memasukkan serat optik yang dilengkapi cahaya ke bawah kulit. Melalui serat optik ini, dokter akan menyuntikkan larutan garam dan memasukkan sebuah jaringan untuk memotong vena yang mengalami varises.
    • Ligasi pembuluh vena. Tindakan operasi yang dilakukan dengan mengikat dan mengangkat pembuluh vena melalui sayatan kecil. Pengangkatan pembuluh vena tidak akan memengaruhi sirkulasi darah di kaki karena pembuluh vena dalam akan menjaga pasokan darah dalam jumlah besar.
    • Endoskopi pembuluh vena (endoscopic vein surgery). Tindakan ini umumnya dilakukan jika varises telah menyebabkan ulkus di bagian tungkai dan jika metode pengobatan lain tidak efektif. Dokter akan menggunakan tabung elastis berkamera yang dimasukkan ke dalam kaki. Melalui alat ini, dokter akan memperoleh gambaran visual kondisi varises, kemudian menutup dan mengangkat jaringan vena melalui sayatan kecil.

Pencegahan Varises

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko munculnya varises. Di antaranya adalah:
  • Berolahraga secara rutin
  • Menjaga berat badan ideal
  • Mengonsumsi makanan tinggi serat dan rendah garam
  • Hindari menggunakan sepatu hak tinggi untuk jangka waktu yang lama
  • Hindari berdiri atau duduk dalam waktu yang lama, dan usahakan untuk bergerak tiap 30 menit
  • Gunakan bantal untuk menyangga kaki ketika berbaring sehingga posisi kaki lebih tinggi



Sumber:
https://www.alodokter.com/varises/pengobatan


Upaya unyuk Mencegah, serta Menanggulangi Stroke

Gejala Stroke Ringan dan Cara Pencegahannya


Gejala stroke ringan disarankan untuk tidak diabaikan meskipun hanya berlangsung beberapa menit dan tidak menyebabkan kerusakan, tetapi kondisi ini bisa menjadi peringatan. Karena 1 dari 3 orang yang pernah mengalami stroke ringan, bisa mengalami stroke dan sekitar setengahnya terjadi dalam waktu satu tahun.
Stroke ringan  dalam bahasa medis disebut juga serangan iskemik transien (sesaat) atau Transient Ischaemic Attack (TIA). Kondisi ini memiliki pengertian yang sama dengan stroke, yaitu adanya hambatan aliran darah ke otak. Stroke ringan terjadi karena adanya endapan kolesterol yang mengandung lemak, dikenal dengan istilah plak (aterosklerosi), di dalam arteri yang menghantarkan oksigen dan nutrisi ke otak.
Gejala Stroke Ringan dan Cara Pencegahannya - Alodokter
Risiko seseorang untuk terserang stroke ringan akan lebih tinggi jika:
  • Berusia di atas 55 tahun.
  • Pernah mengalami stroke ringan sebelumnya atau punya riwayat keluarga dengan stroke ringan.
  • Memiliki berat badan berlebih atau obesitas.
  • Memiliki kebiasaan merokok.
  • Menderita penyakit tertentu, seperti gangguan irama jantung (aritmia), diabetes, kolesterol tinggi, hipertensi, dan anemia sel sabit.
Bedanya dengan stroke, penyumbatan tersebut berlangsung singkat dan biasanya tidak menimbulkan kerusakan permanen. Namun pada beberapa kasus, kondisi ini dapat berkembang menjadi penyakit stroke.

Kenali Gejala Stroke Ringan

Orang yang mengalami stroke ringan perlu segera mendapatkan pemeriksaan dan perawatan medis di rumah sakit. Berikut ini adalah gejala-gejala stroke ringan yang perlu dikenali:
  • Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh, seperti wajah, lengan, atau kaki.
  • Cara berbicara menjadi kacau, cadel, dan tidak jelas.
  • Kebingungan atau kesulitan memahami perkataan orang lain.
  • Pandangan mata kabur, atau bahkan mengalami kebutaan di salah satu atau kedua mata.
  • Kesemutan atau mati rasa mendadak di bagian tubuh tertentu.
  • Pusing atau kehilangan keseimbangan secara mendadak.
  • Sakit kepala parah tanpa sebab apa pun yang muncul tiba-tiba.

Mencegah Stroke Ringan

Mengingat bahwa stroke ringan berpotensi berkembang menjadi stroke, maka penting untuk mencegahnya. Berikut ini adalah beberapa cara mencegah stroke ringan yang bisa Anda lakukan mulai sekarang:

1. Menurunkan tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol merupakan faktor risiko terbesar yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami stroke ringan. Oleh karena itu, jagalah agar tekanan darah tidak lebih dari 120/80 mmHg.
Caranya adalah dengan banyak makan buah dan sayuran, mengurangi konsumsi garam atau makanan yang asin, dan menghindari makanan yang mengandung kolesterol tinggi. Jangan lupa berolahraga sekitar 30 menit setiap harinya, berhenti merokok, dan perbanyak konsumsi asam lemak omega-3, seperti dari telur dan ikan.

2. Menurunkan berat badan

Obesitas bisa meningkatkan peluang seseorang terserang stroke ringan. Jika sudah mengalami berat badan berlebih, disarankan untuk menurunkan berat badan agar risiko terkena penyakit stroke berkurang.

3. Menjalani olahraga secara rutin

Olahraga mempunyai peranan penting untuk menurunkan berat badan dan menjaga stabilnya tekanan darah. Beberapa jenis olahraga, seperti berjalan kaki, jogging, berenang, bersepeda, atau latihan fisik di gym, yang dilakukan setidaknya 4-5 kali seminggu bisa menurunkan risiko stroke ringan dan penyakit jantung.

4. Mengobati diabetes

Penderita diabetes dengan kadar gula darah yang tinggi di dalam tubuhnya dapat mengalami kerusakan dan sumbatan di pembuluh darah. Jika merusak pembuluh darah otak, maka risiko terkena stroke akan menjadi lebih tinggi.
Oleh karena itu, kendalikan kadar gula darah dengan menjaga pola dan porsi makan, rutin olahraga, serta minum obat-obatan yang sudah diresepkan oleh dokter.

5. Menghentikan kebiasaan merokok

Merokok dapat meningkatkan risiko stroke karena membuat darah Anda mengental dan meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis, yaitu penumpukan plak yang dapat menyumbat pembuluh darah. Itulah sebabnya, berhenti merokok merupakan salah satu cara untuk mengurangi risiko terjadinya stroke ringan.
Jika mengalami gejala stroke ringan seperti yang disebutkan di atas, jangan tunda untuk segara ke rumah sakit agar kondisi ini dapat tertangani secepatnya oleh dokter spesialis saraf. Semakin cepat stroke ringan diobati, maka risiko penyakit ini berkembang menjadi stroke pun akan lebih rendah.



Jantung Koroner, Upaya untuk Mencegah, serta Menanggulanginya

Penyakit Jantung: Ketahui Gejala, Penyebab, Pencegahan, dan Penanganannya

FacebookTwitterLinkedInLineWhatsAppEmail
Jantung merupakan organ utama penyokong hidup manusia. Bila jantung terganggu, maka kelangsungan hidup manusia pun juga akan terpengaruh. Untuk itu, serangan jantung ini merupakan salah satu penyakit yang mematikan di dunia.
Hampir semua kematian mendadak disebabkan oleh serangan jantung yang tidak disadari penderita. Bahkan gejala yang dialami sebelumnya pun terabaikan.
Ada beberapa jenis penyakit jantung, namun yang paling dominan adalah penyakit jantung koroner. Koroner sendiri merupakan pembuluh darah utama yang mengalirkan darah ke jantung. Pembuluh koroner ini sering mendapatkan gangguan dan bisa mengalami kerusakan.
Gangguan yang paling umum terjadi adalah akibat penumpukan kolerterol pada pembuluh darah, sehingga terjadi proses peradangan yang menyumbat aliran darah, dan fungsi jantung menjadi terganggu.
Lalu, bagaimana penyakit jantung ini terjadi dan apa saja gejalanya? Simak ulasan berikut agar Anda bisa mengantisipasinya sejak dini dan bisa melakukan penanganan yang tepat kepada penderita.
Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!

Ketahui Proses Terjadinya Penyakit Jantung

Serangan Jantung
Waspadai serangan jantung
Jantung berfungsi normal manakala aliran darah menuju dan keluar dari jantung berjalan dengan lancar. Biasanya, hal ini ditandai dengan detak jantung atau nadi yang terlalu cepat dibanding biasanya.
Detak jantung/nadi normal adalah 60-100 denyut per menit. Namun banyak dokter belakangan ini yang menyarankan denyut normal jantung sekitar 50-70 denyut per menit.
Lalu, bagaimana terjadinya penyakit jantung? Karena suatu hal, biasanya akibat terjadi penumpukan kolesterol, maka menimbulkan plak. Hal inilah yang memicu pembuluh darah koroner terganggu dan aliran darah menjadi tidak lancar.
Selain denyut menjadi lebih cepat, tekanan darah juga bisa naik saat kondisi seperti itu. Dan dampak lanjutannya adalah suplai oksigen menuju jantung akan terhambat, sehingga fungsi jantung menjadi tidak optimal.
Penderita gangguan jantung ini biasanya akan merasakan nyeri pada dada dan sesak napas. Jika berlangsung lama dan terlambat mendapatkan penanganan, jantung bisa berhenti total, dan inilah yang disebut serangan jantung koroner yang berisiko menimbulkan kematian mendadak.

Penyebab Penyakit Jantung Koroner

Obesitas
Kegemukan juga berisiko kena serangan jantung
Penyakit jantung koroner terjadi jika suplai darah ke jantung melalui pembuluh darah koroner terhambat oleh lemak. Penimbunan lemak di dalam pembuluh darah ini dikenal dengan istilah aterosklerosis dan merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner.
Banyak orang terlambat sadar akan bahaya dan risiko penyakit jantung koroner ini. Sehingga terlambat dalam penanganannya. Beberapa kondisi orang yang berisiko terkena penyakit jantung koroner adalah malas berolahraga, menu makanan tidak sehat seperti banyak lemak, kebiasaan merokok, diabetes, hipertensi/darah tinggi, obesitas dan lainnya, yang jarang disadari.
Kebiasaan buruk lainnya yang memicu penyakit jantung ini adalah kebiasaan makan makanan yang asin. Sebab, garam memiliki kandungan natrium klorida yang dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, tekanan darah tinggi, hingga gagal ginjal.
Bahkan, malas menggosok gigi pun bisa membuat bakteri yang berada di gigi itu berkembang bia dan berisiko masuk ke dalam organ tubuh, yang salah satunya bisa mengganggu fungsi jantung.
Penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis), selain menghambat aliran darah ke jantung, juga bisa memicu penggumpalan darah yang membuat jantung tersumbat total dan berhenti berdenyut. Kondisi darurat ini disebut serangan jantung yang berisiko kematian mendadak.

Gejala Penyakit Jantung yang Kerap Diabaikan

Dada Nyeri
Salah datu tanda serangan jantung adalah nyeri pada dada
Mengingat penyakit jantung merupakan salah satu penyakit yang mematikan, maka sudah seharusnya setiap orang memahami beberapa gejala yang sering diabaikan penderita berikut ini:
  • Rasa nyeri di dada yang tidak biasa
Tidak semua nyeri di dada adalah gejala penyakit jantung, namun sudah sewajarnya setiap nyeri di dada harus ditangani secara serius. Rasa nyeri akibat serangan jantung ini cukup khas, yakni seolah dada mendapatkan tekanan beban yang berat dan biasanya nyeri menghilang saat istirahat. Jika kondisi sudah berat atau parah, rasa nyeri tersebut biasanya tidak akan berkurang atau hilang meski sudah beristirahat.
  • Sering pusing dan mudah lelah
Pusing bisa jadi adalah efek dari fungsi jantung yang tidak normal. Biasanya pusing akibat jantung ini biasanya terasa berbeda dibanding rasa pusing pada umumnya. Sebab seringkali diikuti dengan perasaan mudah lelah akibat sirkulasi darah terganggu.

Jenis Penyakit Jantung Koroner

Angina Serangan Jantung
Istilah angin duduk cukup dikenal masyarakat Indonesia
Sesuai dengan tingkat risiko dan penyebabnya, penyakit jantung koroner terbagi beberapa jenis, yakni:
  • Angina, atau lebih dikenal dengan angin duduk
Ini terjadi akibat suplai darah terhambat atau terlalu lemah sehingga kinerja jantung menurun
  • Serangan jantung akibat berhenti berdetak
Ini biasanya diawali atau timbul komplikasi oleh beberapa penyebab, seperti gagal jantung dan syok kardiogenik karena otot jantung rusak permanen, lalu aritmia akibat detak jantung tidak normal (terlalu cepat bredetak) dan berisiko berhenti, serta jantung ruptur/retak akibat otot, dinding, atau katup jantung sudah retak.

Diagnosis Penyakit Jantung Koroner

Diagnosis Penyakit Jantung
Untuk memastikan penyakit jantung bisa dilihat dari hasil diagnosis dokter
Guna memastikan apakah gejala di atas merupakan serangan jantung atau bukan, dokter akan melakukan diagnosa sebagai berikut:
  • Cek keluhan/gejala dan riwayat kesehatan keluarga
  • Dilakukan tes darah
  • Tes X-Ray
  • Tes Elektrokardiogram (EKG)
  • Tes angiografi koroner
  • Tes CT Scan
  • MRI Scan

Penanganan Penyakit Jantung Koroner

Obat Sakit Jantung
Rutinlah mengonsumsi obat yang diresepkan dokter
Apabila sudah terlanjut terserang penyakit jantung, maka beberapa tindakan medis berikut ini biasanya akan dilakukan oleh dokter, tergantung dari kondisi pasien, yaitu:
  • Rutin mengonsumsi obat yang diresepkan dokter spesialis jantung pada tahap awal sakit
  • Penanganan Stent, yakni melalui operasi jika kondisi pembuluh darah jantung tersumbat dan tidak diobati dengan obat oral
  • Pengobatan jangka panjang rutin dan tidak boleh berhenti hingga kondisi jantung membaik
  • Operasi By Pass Jantung (cangkok jantung) jika kondisi darurat, dimana jantung sudah tidak lagi berfungsi optimal dan perlu diganti dengan jantung baru yang sehat

Pencegahan Penyakit Jantung Koroner

Olahraga
Hindari penyakit jantung dengan rutin berolahraga dan menjaga pola hidup sehat
Hampir semua kasus penyakit jantung berawal dari minimnya kesadaran dan pengetahuan akan gaya hidup sehat penderita. Oleh karena itu, penting melakukan gaya hidup sehat sebagai berikut:
  • Tidak merokok dan minum minuman keras/beralkohol
  • Jalani pola makan sehat dengan konsumsi buah-buahan serta sayuran, dan kurangi makanan berlemak
  • Mengontrol kadar gula dan tekanan darah dalam batas normal
  • Olahraga teratur

Mitos Seputar Penyakit Jantung

Serangan Jantung Lanjut Usia
Penyakit jantung hanya menyerang orang lanjut usia adalah mitos
Dunia kesehatan seolah tak pernah sepi dari yang namanya mitos . Salah satu yang banyak beredar adalah mitos salah tentang penyakit jantung, seperti berikut ini:
  • Mitos serangan jantung adalah penyakit menurun
Padahal, faktor genetik/keturunan hanya sebagai pemicu saja, bukan penyebab sakit jantung.
  • Mitos serangan jantung bisa dideteksi oleh penderita
Padahal, organ jantung yang penuh dengan ritmik elektrik dan otomatis hampir tidak memungkinkan pasien mengetahui kapan serangan jantung terjadi.
  • Mitos serangan jantung menyerang orang tua/lanjut usia
Itu jelas salah. Faktanya, serangan jantung dapat menyerang siapa saja dan pada usia berapapun.
  • Mitos keringat di tangan adalah penyakit jantung
Ini tidak sepenuhnya benar. Guna memastikan semua gejala penyakit jantung itu benar adanya, harus dicek secara medis terlebih dahulu oleh dokter.